Akhir-akhir ini mom Queen sering banget mendengar istilah sandwich generation. Ada yang sering dengar juga tentang istilah ini? Apakah sejenis generasi gemar makan makanan ini? Hehe ternyata tidak ya.
Kebetulan minggu kemarin, mom Queen berkesempatan mengikuti seminar yang diadakan oleh (at)ruangtamukeluarga.id dari bank CIMB Niaga, dengan tema 'Im Proud Sandwich Generation'
Pertanyaan semisal 'gimana sih rasanya jadi sandwich generation?' atau 'kok bisa terjadinya sandwich generation' dan sebagainya, terjawab dalam seminar yang diadakan via zoom ini.
Sandwich Generation, Kultur Turun Temurun
Sandwich generation sebenarnya adalah kultur turun temurun yang terus terjadi sejak lama. Entah siapa yang memulai dan kapan dimulainya, pun kita tidak pernah tahu. Tahu-tahu kita sudah berada dalam lingkaran generasi sandwich, secara sadar maupun tidak.
Apa Sih Sandwich Generation itu?
Sandwich generation adalah suatu keadaan dimana kondisi seseorang berada diantara himpitan kebutuhan ekonomi dua golongan pada waktu yang sama, layaknya sebuah makanan siap saji berupa sandwich. Nah yang menghimpit ini adalah kebutuhan yang berhubungan dengan finansial.
Dimana dari bawah ada kebutuhan ekonomi pribadi baik rumah tangga maupun personal dan dari atas ada kebutuhan ekonomi keluarga besar. Kondisi inilah yang dewasa ini disebut 'sandwich'. Sedang sandwich generation adalah para pelaku yang menjalani kondisi layaknya sandwich.
Apa Penyebab Terjadinya Sandwich Generation?
Mengapa bisa terjadi sandwich generation? Menurut narasumber dalam talkshow ini, yaitu mba Rahne Putri, seorang pelaku sandwich generation mengatakan,mungkin saja karena culture (budaya) kita yang membiasakan kita untuk berbakti kepada kedua orangtua. Jadi semacam membalas jasa mereka.
Biasanya kan, setelah sekolah hampir 12 tahun, kemudian kuliah dan bekerja. Ada masanya kita ingin membahagiakan orangtua kita dengan memberikan gaji pertama kepada orangtua kita. Namun ada suatu kondisi dimana, terkadang keadaan orang tua kita sangat perlu dibantu dari segi perekonomian. Inilah yang menjadi cikal bakal terjadinya sandwich generation.
Tapi menurut pakar financial planner yang turut hadir juga di acara ini, mba Aaliyah Natasha, mengatakan akan ada satu masa dimana karier wanita itu berhenti. Entah karena menikah, melahirkan ataupun alasan lain yang membuat pemasukan menjadi nol.
Kondisi ini yang menjadikan pelaku sandwich generation ini merasa 'beban' jika harus menanggung kebutuhan keluarga lain termasuk orangtua. Inilah yang harus dicarikan solusi bukan hanya sekadar perasaan ingin membahagiakan orang tua semata.
Bagaimana Mengatasi Sandwich Generation?
Lantas bagaimana mengatasi perasaan 'terbebani' atas kondisi ekonomi yang belum membaik? Maka menurut mba Rahne Putri, pelaku sandwich generation, alih-alih merasa beban, justru menurutnya kita seharusnya bangga dengan menjadi sandwich generation. Bisa saja rezeki yang kita dapatkan karena doa orang-orang yang kita support. Jadi, kita harus 'Changing The Mindset' bahwa Sandwich Generation bukanlah sebuah beban tapi sebuah berkah.
Namun, bukan berarti kita harus diam saja dengan kondisi ini. Kita harus bergerak untuk mencari solusi memutus mata rantai generasi sandwich. Agar kita tidak termasuk kedalam lingkaran keluarga sandwich.
Lantas bagaimana mengatasi sandwich generation?
Solusi yang dibagikan oleh pakar financial planning, Mba Aaliyah Natasha ada 5 langkah yang berhasil mom Queen rangkum dari cara mengatasi sandwich generation pada penjelasannya pada Jumat (6/08) yaitu :
- Mencari income tambahan
- Miliki financial planning
- Punya dana darurat
- Berinvestasi
- Memiliki asuransi
1. Mencari Income Tambahan
Untuk mencari income tambahan ini bisa saja seperti yang dilakukan mom Queen dan mba Rahne Putri yaitu dengan menjadi freelancer, creator content, bahkan termasuk juga blogger. Nah dari situ kita akan mendapat penghasilan yang bisa kita alokasikan untuk memenuhi kebutuhan keluarga yang perlu di support. Jadi kita tidak perlu mengganggu keuangan keluarga.2. Financial Planning
Financial planning atau perencanaan keuangan adalah salah satu kunci keberhasilan memutus generasi sandwich. Nah, ada 2 cara yang membedakan financial planning pada orang dengan penghasilan tetap (seperti karyawan dan sebagainya) dan yang tidak memiliki penghasilan tetap.Berikut perencanaan keuangan bagi yang memiliki penghasilan tetap, yang harus dilakukan adalah :
- Pengeluaran tetap lebih dari 70% termasuk cicilan.
- Tekan semua kebutuhan seminimal mungkin.
- Siapkan dana darurat.
- Alokasikan budget asuransi 5%.
- Memiliki budget investasi minimal 10%.
- Bagi pelaku yang tidak memiliki penghasilan tetap, maka perlu melakukan tracking pengeluaran per minggu(weekly). Knp weekly? Karena kita harus fleksibel dan disiplin dengan budget yang ada. Karena jika kita tidak disiplin membuat tracking perminggu, maka kita akan kebobolan dengan budget yang ada.
3. Memiliki Dana Darurat
Sulitnya menyiapkan dana darurat membuat orang melupakan pos yang satu ini. Termasuk mom Queen, kadang belum dimasukkan ke dalam pos ini, eh uangnya sudah keburu habis di pos yang lain. So, solusi menyiapkan dana darurat adalah dengan sistem auto debit yang tersedia hampir di semua bank. Cara ini ternyata cukup ampuh lho buat menyiapkan dana darurat. Cobain deh!4. Mulailah Berinvestasi
Mulai berinvestasi, investasi bisa dimulai dengan reksa dana ataupun trading. Hmm mom Queen belum banyak tahu tentang dua instrumen investasi ini. Ada yang sudah nyobain?5. Memiliki Asuransi
Nah penting banget saat ini untuk memiliki asuransi, terutama apabila kita tidak memiliki asuransi kesehatan yang di cover Pemerintah semacam BPJS. Namun sebelum melakukan langkah poin 4 dan 5, sebaiknya persiapkan dulu dana darurat, begitu pesan dari financial planner hari itu.
Well done! Jadi, menjadi bagian dalam generasi sandwich, beban atau berkah nih menurut kamu? Semua tergantung cara kita menyikapinya. Jika kita ingin kondisi ini menjadi berkah bukan beban, maka miliki kondisi keuangan yang mapan, lakukan perencanaan keuangan secara matang. Agar kelak kita tidak menjadi bagian dari sandwich generation dan bisa berpeluang memutus mata rantai sandwich generation.
Salam,
Mom Queen
Saia jg pelaku sandwich generasi mom 😄
ReplyDeleteKalau investasi taunya emas, deposito, sama reksa dana. Kalau trading gitu gatau sistemnya gimana :D
ReplyDeleteJadi berkah kalau kebetulan punya penghasilan. Jadi bisa berbagi gitu ya. Dan mungkin memang bisa jadi beban kalau pas kondisi sendiri juga pas-pasan. Seperti saya ini. Punya tanggungan ibu sementara keluarga sudah misah jauh. Setiap bulan jadi punya kewajiban yang harus dipenuhi
ReplyDeleteAwalnya aku kira sandwich generation ini kaum rebahan lho mba, hahaha. Gak pernah nyari tau soalnya. Ternyata definisinya jauh banget ya. Aku paham sekarang maksudnya apa dan ngerasain juga. Tapi betul ya menganggap jadi keberkahan sendiri sih masuk generasi ini, berbakti pad orangtua termasuk sedekah juga kan ya.
ReplyDeleteDapat penghasilan itu sdh berkah tersendiri dan sisahnya mencari lagi apa yg kurang kita miliki, dan berbakti pd kedua orang tua itu sdh berkah yg luar biasa. Tpi trik yg lima poin itu sangat memanej bagaimana kita harus mempunyai penghasilan dan bisa berbagi berkah kpn orang yg kita sayangi
ReplyDeletememang gak semudah yang dibayangkan ya. terus semangat para pejuang sandwich generation. yakinlah, tidak ada kebaikan yang sia sia hehehe...
ReplyDeleteaku kenal istilah sandwich generation ini saat belajar esedikit tentang finansial eh dulu ada sih akun yng konsen bahas ini
ReplyDeleteaku suka dan sepakat changing mindset
antara beban dan berkah kembali ke yang menjalani ya mbak
Aku masih bingung untuk mengerti sistem trading deh kak.. heheheh
ReplyDeleteselagi ada kesempatan untuk memperbaiki, kayanya harus dimulai mempersiapkan ya, buat memutus generasi sandwich ini :( kalo menurutku ini merugikan, bagi keturunannya
ReplyDeleteBaru denger istilah sandwich generation nih. Sebenernya memang tergantung pemikiran masing2 anak sih mbak, tapi yg namanya orang tua sih memang udah seharusnya tanggung jawab kita, semoga apapun itu, tetep membawa berkah dan bukan beban.
ReplyDeleteTentu saja bisa jadi beban bila tidak bisa mengelolanya dan berkah bagi ygbisa
ReplyDeleteTulisnnya bagus banget, enarik. Insight banget mbak. Tapi jujur baru tahu ada istilah sandwich generation. Tapi pernah baca cuitan seseorang yang memgeluh karena dia merasa tidak bisa berbuat banyak sebab gajinya habis untuk orangtua dan adik. Klo ini gimana juga solusinya kira2?
ReplyDeleteSandwich generation ini aku jg pernah baca di buku parentingnya Joannah. MasyaAllah yaa. insightfull juga mba artikelnyaa. Perlu dicatet nihh :D
ReplyDeleteKalau saya nggak pernah merasa jadi sandwich generation sih, ya meski dulu pernah tinggal sama adik dan ibu, serta harus turut menyokong biaya sekolah adik. Saya nggak merasa itu beban, malah seneng.
ReplyDeletePengennya sih bisa nyekolahin adik sampai kelar kuliah, sayangnya Allah punya rencana lain, adik dipanggil 'pulang' lebih dahulu, sehingga saya belum sempat melihat dia meraih cita-citanya deh.
Aku sempat ikutan acara itu mba, MasyaAllah daging banget ya berasa kurang waktunya. semoga ada lagi, soalnya aku masih yang belom bisa banget mengatur keuangan dengan baik
ReplyDelete