Konten [Tampil]
Hi Moms!
Saat ini sudah menjadi lifestyle apabila kita lebih suka mengakses informasi melalui media digital. Selain simpel dan praktis, aktivitas ini tentu saja dapat meringkas waktu pencarian. Setuju?
Apalagi dengan adanya dukungan teknologi dan akses internet yang memadai, hampir semua aktivitas kita dilakukan melalui aplikasi. Beberapa aktivitas mulai dari pesan makanan, bayar tagihan, membeli berbagai kebutuhan, hingga pemesanan tiket wisata pun bisa dilakukan lewat genggaman.
Jika bicara perjalanan wisata, hampir dipastikan semua informasi liburan hingga pemesanan tiket dan akomodasi dilakukan lewat aplikasi. Benar kan? Ya, memang seperti itulah gaya hidup saat ini. Sebuah lifestyle yang sangat tergantung pada kemajuan teknologi.
Riset dari Euromonitor yang diolah East Ventures, Katadata Insight Center (KIC), dan Pricewaterhousecoopers (PwC) Indonesia menyebutkan bahwa pertumbuhan pariwisata Indonesia melalui pemesanan aplikasi digital atau online booking mencapai angka Rp 128 triliun pada 2023 dan Rp 202 triliun pada 2027. Pertumbuhan dari tahun 2023 hingga tahun 2027 diperkirakan mencapai 7%.
Pertumbuhan ini didasari oleh beberapa alasan seperti kemudahan akses informasi melalui platform pemesanan online, tren bepergian saat liburan, hingga kebijakan pemerintah dalam mendukung sektor pariwisata. Ketiga faktor inilah yang menjadikan adanya peningkatan yang signifikan dalam pemesanan online di sektor pariwisata.
Bali Destinasi Wisata Terbaik Dunia
Bicara destinasi wisata terbaik, kamu pasti sepakat bahwa Bali merupakan salah satu dari banyaknya tempat terindah dunia. Sebut saja beberapa destinasi wisata yang terkenal di Bali seperti Tirta Gangga di Kabupaten Karangasem. Tirta Gangga merupakan sebuah komplek taman air di Pulau Dewata Bali yang menyajikan tempat rekreasi air dengan pemandangan yang apik.
Ada lagi pesona Gunung Batur di Kintamani yang wajib kamu kunjungi jika ingin melihat sunrise yang memesona. Selain itu ada Tegalalang Rice Terrace di Gianyar Bali yang menawarkan pesona alam berupa undakan terasering persawahan dengan penataan yang indah. Sehingga siapapun yang melihatnya tak henti berdecak kagum.
Masih banyak lagi destinasi wisata Bali yang menjadi tujuan wajib para pelancong lokal maupun internasional. Tak heran apabila jumlah pelancong yang mengunjungi Pulau Bali setiap tahunnya selalu meningkat.
Bandara Internasional Ngurah Rai Bali menjadi salah satu bandar udara tersibuk dunia. Kondisi ini membuat kita patut bersyukur bahwa artinya sektor pariwisata di Indonesia khususnya Bali mulai menggeliat lagi setelah dihantam badai pandemi beberapa waktu lalu.
Baiknya sektor pariwisata ini tentu saja didukung dengan semakin meluasnya promosi pemerintah dalam mendukung ekosistem pariwisata di Bali. Apalagi saat ini mulai banyak platform perjalanan wisata daring atau online travel agency (OTA) yang menawarkan paket wisata di Bali. Secara umum hal ini tentu saja membantu menggeliatnya ekonomi lokal di Bali.
Tahukah kamu ketika sektor pariwisata dari segi kemudahan transaksi online melalui OTA semakin meningkat, siapa yang paling banyak merasakan dampaknya? Menarik untuk kita bahas.
Dampak Meningkatnya Pemesanan Perjalanan Wisata Melalui Platform Online, Siapa yang Paling diuntungkan?
Moms, saya yakin setiap kita pasti menyukai kemudahan transaksi pemesanan tiket wisata melalui platform online. Dengan adanya kemudahan ini, pastinya semua urusan jadi lebih sat set. Perilaku ini juga memberikan dampak positif ke berbagai pihak dalam ekosistem pariwisata.
Diantara semua pihak ini, siapa yang paling banyak mendulang manfaat dengan meningkatnya transaksi online di sektor pariwisata melalui OTA? Berikut urutannya.
1. Pelanggan (End User)
Peringkat pertama yang merasakan dampak paling besar dari menjamurnya platform online pemesanan tiket wisata adalah pelanggan alias pelancong. Kemudahan dalam mencari, membandingkan, menemukan tujuan wisata yang jelas, memilih dan menemukan tujuan wisata menjadikan pelanggan (end user) mendapatkan pengalaman menyenangkan. Apalagi pelanggan dapat melengkapi informasi tambahan tentang ulasan, serta mendapatkan harga yang paling rendah sehingga wisata sesuai budget dapat terwujud.
2. Online Travel Agency (OTA)
Online Travel Agency (OTA) adalah pihak yang paling banyak mendapatkan keuntungan dari pemesanan tiket secara online. Platform online ini mendapatkan komisi dari setiap transaksi pemesanan tiket ataupun paket wisata yang telah dilakukan end user.
3. Agen Perjalanan
Agen perjalanan sebagai mitra dari Online Travel Agency (OTA) juga mendapatkan keuntungan dengan cara menaikkan harga dari penyedia jasa wisata dan menjualnya kepada pelanggan (end user). Selisih harga ini mereka nikmati sebagai imbal jasa sebagai agen wisata.
4. Penyedia Layanan Jasa Wisata
Penyedia layanan jasa wisata seperti operator destinasi, atraksi wisata, maskapai penerbangan, serta hotel merupakan pihak-pihak yang juga diuntungkan dengan adanya online travel agency ini. Ya, mereka tentu saja mendapatkan promosi secara luas dari platform pemesanan online ini sehingga jasa yang mereka sediakan dapat menjangkau lebih banyak pelanggan.
Moms, jika dilihat begini tampak semuanya tak ada masalah kan? Karena semua pihak mendapatkan keuntungan masing-masing. Namun dari sini dapatkah kita perhatikan bahwa siapa yang paling terdampak?
Jika diperhatikan dengan seksama pihak penyedia layanan wisata langsung berada di urutan terakhir sebagai pihak yang paling diuntungkan. Mereka berada di urutan buncit sebagai penikmat banyaknya transaksi wisata secara online, padahal mereka adalah tonggak utama bangkitnya sektor pariwisata lokal.
Dengan demikian, tak salah bila kita dapat menyimpulkan bahwa para pemilik layanan wisata ini adalah pihak yang mendapatkan margin keuntungan paling tipis.
Karena, sebagian besar keuntungan yang didapatkan telah dipangkas oleh para agen perjalanan maupun OTA. Apalagi saat ini disinyalir telah terjadi praktik monopoli oleh OTA asing yang banyak memegang kendali pada bisnis pariwisata terutama di Bali.
Sungguh mengejutkan bahwa beberapa tahun belakangan telah terkuak fakta telah terjadinya kecurangan yang dilakukan oknum OTA asing guna memonopoli pasar wisata terutama di wilayah Bali. Apa dampaknya bagi penyedia layanan wisata?
Dampak Monopoli yang dilakukan Online Travel Agency (OTA)
1. Penyedia Layanan Wisata Makin Tercekik
OTA telah melakukan monopoli pasar dengan cara menurunkan harga secara drastis. Memang, tak dapat dihindari bahwa OTA memiliki pengaruh besar dalam penjualan tiket wisata dan perjalanan secara daring, namun bagi penyedia layanan wisata kecil, praktik yang dilakukan OTA ini justru membuat mereka semakin tercekik. Mereka tak mampu berbuat banyak selain menggunakan OTA karena membutuhkan eksposure besar serta adanya perkembangan zaman.
2. Syarat yang Rumit untuk Masuk OTA
OTA yang sudah kadung powerfull dan makin banyak diminati pelanggan, mau tidak mau menjadikan penyedia jasa wisata kecil harus menggunakan OTA sebagai media eksposure. Sayangnya, OTA juga memberikan prasyarat rumit bagi yang ingin bergabung. Syarat tersebut tentu saja lebih banyak menguntungkan bagi OTA.
Parahnya lagi, para pengusaha wisata kecil ini tidak memiliki pengetahuan yang cukup dalam bidang platform online. Mereka semakin tak berdaya ketika berhadapan dengan online travel
3. Penyedia Jasa Wisata Tidak Bebas Menentukan Harga Standar
Kekuasaan OTA makin menjadi dalam hal penentuan harga layanan jasa wisata. OTA mengharuskan penyedia wisata menawarkan harga yang lebih murah dibandingkan platform lain. Bahkan harganya jauh dibawah harga di situs website resmi penyedia wisata tersebut. Tindakan ini tentu saja membatasi ruang gerak penyedia jasa untuk bersaing di pasaran karena kalah power.
4. Potongan Komisi Hingga 30%
Sudah jadi rahasia umum bahwa selain bermain dengan harga, OTA juga menerapkan potongan komisi yang tinggi. Komisi yang ditetapkan OTA adalah 15-30% dari setiap pemesanan.
Potongan komisi ini menjadikan beban besar bagi pelaku usaha wisata yang baru merintis karena mendapat margin tipis. Namun mau tidak mau mereka tetap bergantung pada OTA karena tidak ada pilihan.
Moms, jika hal ini dibiarkan terus menerus, tentu saja makin ‘mencekik’ para pebisnis paket wisata. Jangankan bisa mendapat untung besar dari setiap pemesanan, mendapat untung yang layak saja sepertinya jauh dari harapan.
Untuk itu semoga praktik monopoli yang dilakukan oleh OTA ini menjadi perhatian kita semua. Penting bagi kita sebagai pelanggan (end user) agar lebih cermat dalam memilih platform pemesanan perjalanan wisata.
Alangkah baiknya jika kamu yang berencana melakukan pemesanan tiket perjalanan wisata untuk mengecek track record platform online tersebut.
Semoga fakta ini bisa menjadi perhatian kita semua dan pemangku kebijakan untuk menyelamatkan #KaryaLokal. Pemerintah berkewajiban memperhatikan kesejahteraan para penyedia tempat wisata khususnya untuk pengusaha lokal sesuai amanat undang-undang. Yuk lebih teliti sebelum membeli.
Salam,
Mom Queen
#saveKaryaLOKal #KaryaLOKal #tolakOTAasing #monopoliOTA #wisatalokalbersuara
Platform online perjalanan wisata sekarang semakin banyak dan selalu berlomba-lomba memberikan promo. Bagi saya, testimoni pelanggan menjadi referensi yang tepat untuk memilih platform online tersebut. Thx infonya
ReplyDeleteSy sih gak pernah ganti² platform perjalanan wisata ya. Klo udh cocok dari segi harga dan pelayanan, yaa setia aja dengan 1 platform itu. Atau kalaupun ganti, sy biasanya ambil di agensi punya kerabat/temen.
ReplyDeleteBtw sy baru tau klo potongan komisi OTA segede itu..
Ternyata dengan adanya OTA asing ini merugikan sekali bagi pengusaha wisata lokal ya kak. Semoga pemerintah memperhatikan hal ini dan dapat memberikan solusi terbaik untuk pengusaha wisata lokal.
ReplyDeleteIya juga sih, tp kadang juga penyedia wisata lokal ada yg nakal memanfaatkan aji mumpung, harga dibanderol setinggi2nya, jadi salah satu efek positifnya harga jadi terkontrol. Cuma ya itu sih hehee mungkin karena kebijakannya blm ada, harganya jadi terasa mencekik untuk mereka
ReplyDeleteGemes banget, kenapa sih selalu ada celah yang merugikan sepihak gini. Padahal kalau dikelola dengan baik bisa menguntungkan masyarakat lokal ya. Menambah lapangan kerja dan membantu wilayah sekitar jadi lebih berkembang lagi.
ReplyDeleteHmm, baru ngerti kenapa harga di platform untuk hotel dab destinansi wisata tertentu bisa berbeda-beda. Ternyata sistemnya begini, ya.
ReplyDeletePotongan komisinya besar sekali, ya.
ReplyDeleteMenurut saya yang paling terdampak adalah penduduk yang tinggal di daerah wisata. Penduduk yang ikut bergerak hanya mendapatkan sedikit keuntungan. Yang tidak ikut yang paling kasihan. Sebagai contoh saat saya di Karimunjawa, harga ikan konsumsi melonjak berlipat-lipat saat musim liburan. Warga lokal juga membeli dengan harga tersebut sehingga ada yang panen ada yang tercekik.
Baru sadar sisi gelapnya tentang Online Travel Agency asing yang ternyata banyak mencekik dunia pariwisata lokal ini. Fakta seperti ini harus banyak disuarakan agar penggerak wisata lokal dapat bangkit dan mengambil peran sentral di dunia wisata Indonesia
ReplyDeleteKasian jatuhnya para pengelola wisata lokal gak kebagian kue pasar konsumen. Semoga ke depan bisa ada penyelesaian terbaik tidak didominasi salah satu pihak saja
ReplyDeletePotongan komisinya besar ya setiap kita bekerja sama dengan platform, mana harga juga ada aturan dr OTA nya. Penting kita sebagai pengguna untuk bijak dalam menggunakan layanan wisata melalui OTA
ReplyDeletebenar ya mbak, biasanya ada banyak promo untuk platform yang menyediakan pemesanan wisata online. Sebagai pengguna, yang saya pilih tetap yang memberikan keuntungan bagi user dong. Dengan tetap memperhatikan benefit yang diberikan.
ReplyDeleteTernyata platform travel online ini gak hanya mendominasi soal user ya, tapi juga dominasi komisi yang begitu besar. Wajar saja penyedia layanan wisata lokal gerah dengan hal ini. Semoga ke depannya dapat lebih menguntungkan bagi pengusaha wisata lokal ya
ReplyDeleteNgomongin trip liburan gini jadi pengen liburan tiap bulan😆 tapi ya gitu harus pandai² mengolah mengeluarkan uang jajan hehe.
ReplyDeleteNgomongi agen travel cukup mengentengkan pada user liburan gini, karena nggak ribet atur jadwal dan jam makan hehe