header

Cerita Toilet Training Uwais (28 Bulan) dengan WC Jongkok

Konten [Tampil]

Hi Moms!
Menerapkan toilet training wc jongkok tidaklah sesulit yang dibayangkan lho. Jika sudah terbiasa maka sangat mudah diterapkan pada anak. Mom Queen memaknai istilah toilet training sebagai masa pengenalan untuk melakukan aktivitas toiletries pada toddler.

Mom Queen memiliki anak laki-laki bungsu usia hampir 3 tahun, tepatnya 28 bulan. Karena melihat kemampuan bahasa dan fisiknya dipandang sudah mumpuni, Mom Queen berencana melakukan pengenalan aktivitas toiletries.

Toilet training

Pengalaman toilet training pada dua anak sebelumnya menggunakan toilet duduk, kali ini saya mencoba toilet training wc jongkok. Bagaimana kisahnya? Berhasilkah? Ikuti ceritanya berikut ini ya.

Waktu yang Tepat untuk Toilet Training


Hari itu, tepatnya 12 Juli 2023 saya mulai menerapkan toilet training pada anak bungsu. Namanya Uwais. Usianya 2 tahun 4 bulan (28 bulan) pada saat mulai toilet training.

Apakah usia ini sudah sesuai dengan planning untuk mulai toilet training? Tidak juga! Karena ini anak ketiga, saya lebih selow. Tujuan saya hanya latihan saja sembari mengisi aktivitas permainan anak. Belum punya target atau strategi apapun. Yaa, energi saya sudah habis seharian mengurus dan merawat tiga buah hati saya.

Berbeda dengan anak pertama dan kedua yang terstruktur dan terskedul, anak ketiga saya memilih let it flow. Alasannya simpel, karena saya takut mengalami fluktuasi emosi yang tidak terkontrol. Makanya semua berjalan apa adanya saja hehe.

Sejak lahir, aktivitas buang air kecil (BAK) dan buang air besar (BAB) anak dilakukan dengan bantuan popok sekali pakai. Edukasi toilet training bertujuan untuk mengajarkan mereka tempat yang sesungguhnya untuk buang hajat dan bebersih diri.

Moms, kapan sih waktu yang paling tepat untuk memulai toilet training anak? Berapa usia yang tepat untuk memulai toilet training?

Menurut paud pedia Kemendikbud RI bahwa toilet training bisa dimulai ketika anak sudah mampu diajak berkomunikasi atau sudah bisa menunjukkan gesture hasrat buang hajat. Usai ini dimulai sejak usia 18 bulan.

Toilet Training WC Jongkok


Seperti yang telah saya katakan di awal bahwa toilet training kedua anak sebelumnya menggunakan kloset duduk. Anak ketiga ini saya mengenalkan aktivitas toilet training dengan wc jongkok.

Alasannya karena kloset jongkok lebih sering digunakan dibanding kloset duduk. Selain itu, saya juga lelah jika harus angkat-angkat bocah ini untuk mendudukkannya di kloset duduk terus menerus. Menurut saya toilet training menggunakan kloset jongkok memiliki keunggulan dibanding kloset duduk.

Keunggulan Toilet Training dengan Kloset Jongkok


Penggunaan kloset jongkok untuk toilet training memiliki keunggulan sebagai berikut.
  • Lebih praktis, tidak perlu tenaga extra untuk angkat anak ke kloset
  • Lebih hemat biaya karena tidak perlu membeli kloset extension untuk anak
  • Masa pengenalan toilet training (relatif) lebih cepat. 

Kekurangan Toilet Training dengan Kloset Jongkok


1. Dari Segi Keamanan

Dari segi keamanan kloset jongkok membuat kita harus extra hati-hati. Moms tidak bisa duduk manis ketika anak sedang BAB seperti di closet duduk hehe. Ketika anak sedang BAB atau BAK kita harus 'setia' bersamanya di toilet. Sedangkan jika di closet duduk, anak bisa ditinggal hingga mereka menyelesaikan urusannya.

2. Tidak ada sesuatu yang menarik anak untuk ke toilet


Penggunaan kloset duduk dengan tambahan extension sesuai warna atau gambar favorit mereka menjadi magnet tersendiri. Anak dengan senang hati apabila diajak ke toilet. Berbeda dengan kloset jongkok yang 'polos' ini. Tapi bisa juga disiasati dengan memberikan sticker favorit mereka di dinding kamar mandi.

Kekurangan dan kelebihan toilet training dengan wc jongkok ini sangat relatif. Hanya saja sejauh ini saya lebih memilih dengan kloset jongkok. Jika ditanya mana yang lebih efektif dari segi waktu training, saya akan mengatakan closet jongkok hehe.

Berdasarkan pengalaman pribadi, durasi toilet training dengan kloset jongkok hanya memakan waktu 2 minggu saja. Sedangkan dengan kloset duduk butuh waktu sebulan lebih agar anak terbiasa dan bisa dilepas saat ke toilet.

Jika saya tarik lagi pengalaman toilet training 2 anak sebelumnya, waktu memulai aktivitas toilet training adalah yang paling utama. Ada indikator atau ceklist yang harus Moms penuhi sebelum terburu-buru melakukan toilet training. Cek kesiapan anak dengan indikator berikut ini

1. Kemampuan Bahasa

Kemampuan bahasa anak usia jelang 3 tahun semakin berkembang. Anak sudah mulai kritis terhadap pertanyaan krusial. Selain itu anak juga sudah bisa mengutarakan keinginan untuk pipis atau pup.

Meski belum jelas bicaranya, minimal bisa menunjukkan dengan isyarat atau bahasa tubuh. Misal anak akan memegang alat kelamin saat akan BAK. Sedangkan untuk BAB ditunjukkan dengan gesture tidak nyaman dan gelisah.

2. Kemampuan Fisik

Anak sudah mampu duduk dengan sempurna di closet jongkok maupun closet duduk. Kemampuan fisiknya juga sudah mumpuni untuk melakukan aktivitas toilet training.

Sedangkan indikator kesiapan Ibu adalah Ibu telah siap secara mental dan material melewati fase yang menguras tenaga dan biaya. Iya biaya, butuh tambahan biaya untuk beli stock celana kain atau potty training.

Saya akan menuliskan beberapa persiapan toilet training wc jongkok berikut ini ya.

Persiapan Peralatan Toilet Training pada Anak


Sebenarnya secara peralatan, saya tidak banyak menyiapkan peralatan dibandingkan kedua kakaknya dahulu. Karena persiapan material masih ada lungsuran kakaknya hehe. Saya lebih banyak menyiapkan mental saya dan Uwais.

Untuk persiapan peralatan yang harus dipersiapkan, Ini persiapan peralatan pada toilet training wc jongkok.

1. Celana kain

Moms sebaiknya mempersiapkan celana kain yang banyak. Karena akan banyak menghabiskan stok celana kain. Saya siapkan selusin celana kain tambahan Selain stok yang sudah ada. Stok ini termasuk celana kain waterproof (sejenis clodi gitu ya).

2. Celana waterproof

Celana ini saya beli yang ada lapisan plastik di dalamnya. Jadi ketika anak tidak bisa menahan pipis sebelum tiba di toilet, pipisnya tetap aman tertampung di celana. Saya tidak membeli yang ada lapisan tambahan, karena khawatir anak saya tetap menganggapnya sebagai popok sekali pakai.
 

3. Potty training extension (jika diperlukan)

Untuk potty training saya sudah menduga tidak akan saya gunakan pada toilet training wc jongkok ini. Tetapi saya tetap mempersiapkan untuk jaga-jaga saja. Kebetulan potty training extension masih ada punya kakaknya dulu, jadi saya tidak membeli lagi hehe.

Dulu saya beli yang colorfull dan bergambar kartun favorit anak. Agar dia semangat jika disuruh ke toilet. Tapi saya nggak yakin dia bakal mau pakai potty training extension hehe. Karena toilet jongkok tidak recommend untuk memakai potty extension. Pada kenyataanya memang saya tidak menggunakannya.

4. Checklist manual

Ceklist manual ini fungsinya untuk memudahkan evaluasi dan melihat progress toilet training. Bikin ceklist manual berisi jadwal ke toilet, sesuai jadwal mereka ke toilet. Beri tanda centang jika berhasil pipis di toilet, atau tanda silang jika kebobolan di lantai.

Manfaat lain adanya ceklist ini juga memudahkan memantau progress toilet training anak. Moms bisa membuat ceklist manual toilet training anak secara manual maupun di tulis tangan ya.

Cerita Toilet Training Uwais dengan WC Jongkok


Toilet training

Nah ini cerita toilet training Uwais dengan wc jongkok. Pada hari pertama pengenalan toilet training, saya mencatat jadwal minum susu pukuk 08.00 WIB, saya menduga akan pipis 30 menit kemudian. Jadi jam 8.30 WIB saya ajak Uwais ke toilet. Saya ajarkan untuk pipis di kloset jongkok, tapi rupanya dia bilang pipisnya tidak ada.

"Nggak ada, Mami. Pipisnya nggak ada!" serunya kala itu.

Saya pun memakaikan lagi celana padanya. Namun tepat jam 8.45 WIB Uwais pipis di celana. Duh!

Lanjut lagi berikutnya, Uwais minum susu pukul 09.00 WIB. Berkaca dari jam sebelumnya pipis 45 menit setelah minum susu, maka pukul 09.45 wib saya ajak pipis ke toilet. Tapi ternyata ujian lain datang, Uwais pipis tepat di depan toilet. Hiks.

Cobaan toilet training hari pertama lumayan menguras tenaga hehe. Karena sudah menunjukkan pukul 10.00 WIB, Saya memakaikan diapers lagi karena mau saya ajak jemput si kakaknya pulang sekolah. Proses toilet training selesai hari pertama.

Lanjut lagi toilet training hari ke-2 dan ke-3 tidak banyak perubahan jadwal pipis. Tetap sama. Tetapi hasilnya semuanya failed! Tidak ada yang berhasil pipis di toilet. Kesimpulan sementara sehabis minum susu, jadwal pipis 30-45 menit. Namun jika tidak minum susu, jadwal pipis menjadi 1 jam sekali.

Hasil yang significant baru tampak setelah toilet training berjalan 1 minggu. Saya baru merasakan dampak dari usaha 'berdarah-darah' ini. Bahagia sekali saat Uwais mengatakan, "Mami, Uwais mau pipis." Ooh ini lebih bahagia dibanding hadiah apapun.

Untuk urusan BAB pun begitu, minggu pertama kejadian pup di celana adalah hal lumrah. Sabar ya Moms. Tapi memasuki minggu kedua, mulai ada progress yang baik. Uwais sudah mulai bisa pup di kloset. Walaupun harus saya dampingi disana hehe.

Kini Uwais sudah menjalani toilet training wc jongkok selama satu bulan lebih. Dirinya sudah makin mahir ke toilet, apalagi mengutarakan keinginan untuk buang hajat pada saya atau Ayahnya. Terasa lebih cepat dibanding para Kakak sebelumnya. Apakah ini hanya perasaan saya saja yang sudah bisa mengontrol emosi hehe.

Keberhasilan toilet training bukan seberapa cepat anak mampu terbebas dari pospak, tetapi menurut saya keberhasilan toilet training terlihat dari seberapa enjoy seorang Ibu dan anak melewati masa transisi ini.

Toilet training yang berkesan itu tanpa emosi yang meninggi, tanpa terburu-buru dengan capaian ekspektasi. Anak gembira, Ibu bahagia. Hingga anak-anak mampu mengurus keperluannya secara mandiri.

Toilet training dengan wc jongkok hanya membutuhkan ketelatenan saja. Jika ditanya manakah yang lebih mudah toilet training wc jongkok atau wc duduk, saya pribadi lebih mudah dengan wc jongkok. Mengingat waktu training yang relatif singkat. Hanya butuh effort lebih saja di awal.

Menurut Moms bagaimana? Sudah ada yang mencoba toilet training dengan wc jongkok? Cerita dong.

Salam, 
Mom Queen 

Referensi:
https://paudpedia.kemdikbud.go.id/berita/menyiapkan-anak-terampil-bab-dan-bak-dengan-toilet-training?
Phai Yunita S Wijaya
Hi Im Yunniew, ibu dengan 3 orang anak yang memiliki hobby menulis dan literasi. Marriage and parenting enthusiast, Womanpreneur dan Consultant franchise Laundry and minimarket, ibu pembelajar, dan tukang review produk temen :)

Related Posts

2 comments

  1. sampai saat ini anak saya yang umur 3 th masih blm mau BAB di toilet, makasih sharingnya kak

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sabar ya Kak, setiap anak punya timeline masing-masing. Satu anak dengan yang lain tidak apple to apple. Anak saya jg awalnya begitu. Tapi bisa diberi solusi Pakaian celana kain aja yang waterproof, jangan pakai pospak lagi. Sambil terus sounding ya Kak. Insya Allah akan anak akan paham kok. Jangan lupa doa. Semangat Kak.

      Delete

Post a Comment